Pendahuluan
Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, yaitu :
1. Perdarahan pasca persalinan
2. Eklampsia
3. Sepsis
4. Keguguran
5. Hipotermia
Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu :
1. Hipotermia
2. Asfiksia
Fokus asuhan kesehatan ibu selama 2 dasawarsa terakhir, yaitu :
1. Keluarga berencana
2. Asuhan antenatal terfokus
3. Asuhan pasca keguguran
4. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi
5. Penatalaksanaan komplikasi
Asuhan antenatal terfokus bertujuan :
1. Mempersiapkan kelahiran
2. Mengetahui tanda-tanda bahaya
3. Memastikan kesiapan menghadapi komplikasi kehamilan
Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran
paradigma. Dulu fokus utamanya adalah menunggu dan menangani komplikasi
namun sekarang fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi
selama persalinan dan setelah bayi lahir sehingga akan mengurangi
kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.
Contoh pergeseran paradigma asuhan persalinan normal, yaitu :
1. Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atoni uteri.
2. Menjadikan laserasi / episiotomi sebagai tindakan tidak rutin.
3. Mencegah terjadinya retensio plasenta.
4. Mencegah partus lama.
5. Mencegah asfiksia bayi baru lahir.
Upaya preventif terhadap perdarahan pasca persalinan berupa :
1. Manipulasi seminimal mungkin.
2. Penatalaksanaan aktif kala III.
3. Mengamati dan melihat kontraksi uterus pasca persalinan.
Pencegahan retensio plasenta dengan cara mempercepat proses separasi
dan melahirkan plasenta dengan memberikan uterotonika segera setelah
bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali. Upaya ini
disebut juga penatalaksanaan aktif kala III.
Upaya mencegah partus lama berupa :
1. Menggunakan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janinnya serta
kemajuan proses persalinan.
2. Mengharapkan dukungan suami dan kerabat ibu.
Upaya mencegah asfiksia bayi baru lahir secara berurutan, yaitu :
1. Membersihkan mulut dan jalan napas sesaat setelah ekspulsi kepala.
2. Menghisap lendir secara benar.
3. Segera mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi.
Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal
sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat optimal.
Praktek-praktek pencegahan yang akan dijelaskan pada asuhan persalinan normal meliputi :
1. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis.
2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi
lahir, termasuk penggunaan partograf.
3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pasca persalinan
dan nifas.
4. Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya.
5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya.
6. Penatalaksanaan aktif kala III secara rutin.
7. Mengasuh bayi baru lahir.
8. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya.
9. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang
mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu dan bayinya.
10. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
Membuat Keputusan Klinik
Ada 5 dasar asuhan persalinan yang bersih dan aman, yaitu :
A. Membuat keputusan klinik
B. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
C. Pencegahan infeksi
D. Pencatatan (rekam medis)
E. Rujukan
A. Membuat Keputusan Klinik
____________________________
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Ada 4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu :
1. Pengumpulan data
a. Data subjektif
b. Data objektif
2. Diagnosis
3. Penatalaksanaan asuhan atau perawatan
a. Membuat rencana
b. Melaksanakan rencana
4. Evaluasi
1. Pengumpulan Data
_____________________
Penolong persalinan mengumpulkan data subjektif dan data objektif
dari klien. Data subjektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang
apa yang dirasakan, apa yang sedang dialami dan apa yang telah dialami,
termasuk informasi tambahan dari anggota keluarga tentang status ibu.
Data objektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan /
pengantar terhadap ibu atau bayi baru lahir.
Cara mengumpulkan data, yaitu :
1. Berbicara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi ibu dan
riwayat perjalanan penyakit.
2. Mengamati tingkah laku ibu apakah terlihat sehat atau sakit, nyaman atau
terganggu (kesakitan).
3. Melakukan pemeriksaan fisik.
4. Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu, misalnya pemeriksaan
laboratorium.
2. Diagnosis
____________
Membuat diagnosa secara tepat dan cepat setelah data dikumpulkan dan
dianalisa. Pencarian dan pengumpulan data untuk diagnosis merupakan
proses sirkuler (melingkar) yang berlangsung secara terus-menerus bukan
proses linier (berada pada satu garis lurus).
Diagnosis terdiri atas diagnosis kerja dan diagnosis defenitif.
Diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan
pengamatan dan temuan yang diperoleh secara terus-menerus. Setelah
dihasilkan diagnosis defenitif barulah bidan dapat merencanakan
penataksanaan kasus secara tepat.
Untuk membuat diagnosa :
1. Pastikan bahwa data-data yang ada dapat mendukung diagnosa.
2. Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin terjadi setelah diagnosis
defenitif dibuat.
3. Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa banding atau diagnosa ganda.
3. Penatalaksanaan Asuhan atau Perawatan
________________________________________
Rencana penatalaksanaan asuhan dan perawatan disusun setelah data
terkumpul dan diagnosis defenitif ditegakkan. Setelah membuat rencana
asuhan, laksanakan rencana tersebut tepat waktu dan mengacu pada
keselamatan klien.
Pilihan intervensi efektif dipengaruhi oleh :
1. Bukti-bukti klinik
2. Keinginan dan kepercayaan ibu
3. Tempat dan waktu asuhan
4. Perlengkapan, bahan dan obat-obatan yang tersedia
5. Biaya yang diperlukan
6. Tingkat keterampilan dan pengalaman penolong persalinan
7. Akses , transportasi, dan jarak ke tempat rujukan
8. Sistem dan sumber daya yang mendukung ibu (suami, anggota keluarga,
sahabat).
4. Evaluasi
___________
Penatalaksanaan yang telah dikerjakan harus dievaluasi untuk menilai
tingkat efektivitasnya. Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau
diteruskan sesuai dengan kebutuhan saat itu atau kemajuan pengobatan.
Jadi proses pengumpulan data, membuat diagnosa, penatalaksanaan
intervensi atau tindakan dan evaluasi merupakan proses sirkuler
(melingkar) yang saling berhubungan.
Asuhan Sayang Ibu dan Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses
persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga
mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam
dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai
martabatnya.
2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10. Menghargai privasi ibu.
11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan.
14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,
pencukuran, dan klisma).
15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
Asuhan sayang ibu pada masa post partum :
1. Menganjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).
2. Membantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan menganjurkan
pemberian ASI sesuai permintaan.
3. Mengajarkan ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat yang cukup
setelah melahirkan.
4. Menganjurkan suami dan anggota keluarganya untuk memeluk bayi dan
mensyukuri kelahiran bayinya.
5. Mengajarkan ibu dang anggota-anggota keluarganya tentang bahaya dan tanda-
tanda bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk mencari
pertolongan jika terdapat masalah atau kekhawatiran.
Pencatatan Rekam Medik
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya.
Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap tidak pernah melakukan asuhan
tersebut. Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan
klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus-menerus
memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa
data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan
suatu diagnosa serta membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu dan
bayinya. Partograf merupakan bagian terpenting dari proses pencatatan
selama persalinan.
Pencatatan rutin adalah penting karena :
1. Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan
mengevaluasi apakah asuhan atau perawatan sudah sesuai dan efektif, untuk
mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat
perubahan dan peningkatan rencana asuhan atau perawatan.
2. Dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam proses membuat
keputusan klinik, sedangkan sebagai metode keperawatan, informasi ini harus
dapat diberikan atau diteruskan kepada tenaga kesehatan lainnya.
3. Merupakan catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang
diberikan.
4. Dapat dibagikan diantara para penolong kelahiran. Hal ini penting jika
memerlukan rujukan dimana lebih dari satu penolong kelahiran memberikan
asuhan pada ibu dan bayi baru lahir.
5. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan
berikutnya, dari satu penolong persalinan kepada penolong persalinan lain atau
dari seorang penolong persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya. Melalui
pencatatan rutin, penolong persalinan mendapatkan informasi yang relevan dari
setiap ibu atau bayi baru lahir yang diasuhnya.
6. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.
7. Diperlukan untuk memberi masukan data statistik sebagai catatan nasional dan
daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu / bayi baru lahir.
Aspek-aspek penting dalam pencatatan :
1. Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan
2. Identifikasi penolong persalinan
3. Paraf atau tandatangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan
4. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat,dicatat dengan jelas dan dapat
dibaca
5. Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data pasien
6. Kerahasiaan dokumen-dokumen medis
Ibu harus diberikan salinan catatan medik (catatan klinik antenatal,
dokumen-dokumen rujukan, dll) beserta panduan yang jelas mengenai :
- Maksud dari dokumen-dokumen tersebut
- Kapan harus dibawa
- Kepada siapa harus diberikan
- Bagaimana cara penyimpanan yang aman di rrumah atau selama perjalanan ke
tempat rujukan.
Rujukan
Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal namun sekitar
10-15 % diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan
kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan
merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara
optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong /
fasilitas pelayanan harus mengetahui lokasi fasilitas tujukan terdekat
yang mampu melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir,
seperti :
- Pembedahan termasuk bedah sesar.
- Transfusi darah.
- Persalinan menggunakan ekstraksi vakum daan cunam.
- Antibiotik IV.
- Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lannjutan bagi bayi baru lahir.
Informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan,
ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta
jarak yang ditempuh ke tempat rujukan merupakan hal penting yang harus
diketahui oleh klien dan penolong persalinan. Jika terjadi penyulit,
upaya rujukan melalui alur yang tepat dan waktu yang singkat. Jika ibu
dan bayi baru lahir mengalami penyulit dan dirujuk ke tempat yang tidak
sesuai, mereka akan kehilangan banyak waktu yang berharga dan kesempatan
terbaik untuk menyelamatkan jika mereka.
Pada saat kunjungan antenatal, jelaskan bahwa petugas kesehatan,
klien dan suami akan selalu berupaya untuk mendapatkan pertolongan
terbaik, termasuk kemungkinan rujukan setiap ibu hamil apabila terjadi
penyulit. Pada saat terjadi penyulit seringkali tidak cukup waktu untuk
membuat rencana rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat keputusan
dapat membahayakan jiwa klien. Anjurkan ibu untuk membahas rujukan dan
membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya serta tawarkan
untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan
antisipasi rencana rujukan.
Masukkan persiapan-persiapan dan informasi berikut ke dalam rencana rujukan :
- Siapa yang akan menemani ibu dan bayi barru lahir.
- Tempat-tempat rujukan mana yang lebih dissukai ibu dan keluarga. (Jika ada lebih
dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai
berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan).
- Sarana transportasi yang akan digunakan ddan siapa yang akan mengenderainya.
Ingat bahwa transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam.
- Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transpusi darah diperlukan.
- Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-
bahan.
- Siapa yang akan tinggal dan menemani anakk-anak yang lain pada saat ibu tidak
di rumah.
Kaji ulang tentang keperluan dan tujuan upaya rujukan pada ibu dan
keluarganya. Kesempatan ini harus dilakukan selama ibu melakukan
kunjungan asuhan antenatal atau pada saat awal persalinan, jika
memungkinkan. Jika ibu belum membuat rencana selama kehamilannya,
penting untuk mendiskusikan rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya
pada saat-saat awal persalinan. Jika kemudian timbul masalah pada saat
persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka seringkali sulit
untuk membuat persiapan-persiapan dengan cepat. Rujukan tepat waktu
merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu.
Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu :
1. Bidan
2. Alat
3. Keluarga
4. Surat
5. Obat
6. Kendaraan
7. Uang
Bidan
——
Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong
persalinan yang kompoten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas
rujukan.
Alat
—–
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas
dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke
tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan
jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.
Keluarga
———
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi
dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka
alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga
yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat
rujukan.
Surat
——
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan
identifikasi mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan
rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang
diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf kemajuan
persalinan ibu pada saat rujukan.
Obat
—–
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
Kendaraan
———-
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam
kondisi yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan
itu cukup baik untuk mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
Uang
—–
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain
yang diperlukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di
fasilitas rujukan.
Sumber :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal &
Neonatal Care, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002